I. Judul : Uji
Protein
II. Tujuan :
Kegiatan
1 : untuk mengidentifikasi adanya unsure-unsur penyusun protein.
Kegiatan
2 : untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
Kegiatan
3 : untuk mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalent
konsentrasi tinggi terhadap sifat
kelarutan protein.
Kegiatan
4 : untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organic terhadap sifat
kelarutan protein.
Kegiatan
5 : untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein.
Kegiatan
6 : untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
Kegiatan
7 : untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin
yang terdapat dalam protein.
III. Landasan Teori
Protein
merupakan komponene utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun hewan.
Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah
air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein
adalah senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsure-unsur Karbon (50-55%),
Hidrogen (± 7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang
mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada
beberapa protein lainnya mengandung unsure logam seperti tembaga dan besi.
Di
dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya
sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan
kulit, otot, rambut, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting
lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu
protein yang aktif. Beberapa diantaranya enzim yang berperan sebagai
biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormone sebagai pengatur
metabolisme tubuh dan antibody untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit. Kekurangan protein dalam jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolism di dalam
tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Protein
dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan
maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protei dari
beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan
buah-buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi
asam-asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti
pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus
dan dibawa ke arah hati atau didistribusikan ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel tubuh protein dapat pula
digunakan sebagai bhan bakar apabila keperluan energy tubuh tidak terpenuhi
oleh karbohidrat dan lemak.
Secara
kimiawi, prptein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan
asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain
melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino
yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan
melepaskan satu molekul air. Peptide yang terbentuk atas dua asam amino disebut
dipeptida. Sebaliknya peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam
amino, masing-masing disebut, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya.
Protein
adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih
residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap
protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat
spesifik. Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak
mengandung gugus kimis lain disebut protein sederhana. Contohnya enzim
ribonuklease dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein mengandung bahan lain
selain asam amino seperti derivate vitamin, lipid, atau karbohidrat. Protein
disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis protein ini
disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipid dan
glikoprotein mengandung gula.
Berdasarkan
struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu:
1. Protein
globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida
yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau
etanol. Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibody.
2. Protein
fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida
memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber memberikan peran
structural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa,
maupun etanol. Contoh: keratin pada rambut, kolagen pad tulang rawan, dan
fibroin pada sutera.
Berat
molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu
makromolekul. Sepertu senyawa polimer lain (misalnya: pati), protein dapat pula
dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran
asam-asam amino.
Sifat
fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis
asam amino penyusunnya. Sebaguan besar protein bila dilarutkan dalam air akan
membentuk disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui
membrane semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula
yang sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organic
seperti eter, kloroform, atau benzene.
Pada
umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia,
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pasa
struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya
bahan kimia seperti urea, alcohol atau sabun. Proses denturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung
pada penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan menurunkan aktivitas
biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap.
Molekul
protein mempunyai gugu amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH)
pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan
basa. Dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan
bereaksi dengan ion H+ , sehingga protein bermuatan positif.
Sebaliknya, dalam larutan basa guguskarboksilat bereaksi dengan ion OH-.
Sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan pada molekul preotein
menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik.
Setiap
jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik
isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan
positif dan negative yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol.
Akibatnya, protein tidak bergerak dibawah pengaruh medan listrik. Pada titik
isoelektris, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan
prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu protein.
Pada
uji susunan elementer protein, semua jenis protein tersusun atas unsure-unsur
karbon (C ), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang
mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). dengan metode pembakaran atau
pengabunan, akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C,H, O, dan N.
Pada
uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan
larutan asam maupun basa. Daya larut
protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan
ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol
absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan
etanol menarik mantel air yang melingkup molekul-molekul protein.
Pada
uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam terhadap
kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan
ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin
efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan
protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.
Pada
uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian besar protein
dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam
trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahn asam-asam menyebabkan
terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula
mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logan berat seperti Cu2+,
Hg2+, atau Pb2+, sehingga mudah mengendap.
Pada
uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif
terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk asam amino
bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang
mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2,
-C(NH)NH2, dan –CONH2. Biuret adalah senyawa denga dua
ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea (Yazid, 2006).
Pada uji
ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru.
Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2
dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2
dan NH3 yang dilepaskan. Protein yang mengandung
sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan
ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam
aminobenzoat menghasilkan senyawa
berwarna kuning (hasil positif). Beberapa
amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah
(hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam amino
(hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah)
maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan
dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.
Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger,
1982).
Pada uji
xantoprotein, reaksi pada uji xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Tidak semua protein mengandung asam amino
yang mengandung cincin benzena. Dari 20 jenis asam amino, terdapat 3 asam amino
yang mengandung gugus benzena (cincin fenil) yaitu fenilalanin, triptofan dan
tirosin. Jika protein yang mengandung cincin benzena ditambahkan asam nitrat
pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Reaksinya sebagai berikut:
IV. Alat dan Bahan
4.1
Kegiatan 1: Uji Susunan Elementer Protein 4.2
Kegiatan 2 :Uji Kelarutan Protein
4.1.1
Alat : 4.2.1
Alat :
1.
Tabung reaksi 1. Tabung reaksi
2.
Alat pemanas 2. Pipet ukur
3.
Cawan porselin
4.
Gelas obyek
4.1.2
Bahan: 4.2.2
Bahan :
1.
Albumin telur 1. Albumin telur
2.
Gelatin 2. Gelatin
3.
Larutan NaOH 10% 3. Air suling (aquades)
4.
Larutan Pb-asetat 5% 4. Larutan HCl 10%
5.
Larutan HCl pekat 5. Larutan NaOH 40%
6.
Kertas lakmus 6. Alkohol 96%
7. Kloroform
4.3
Kegiatan 3 : Uji Pengendapan 4.4
Kegiatan 4 : Uji Pengendapan
Protein Dengan
Garam Protein
Dengan Logam dan Asam
Organik
4.3.1
Alat : 4.4.1
Alat :
1.
Tabung reaksi 1. Tabung reaksi
2.
Pipet ukur 2. Pipet ukur atau tetes
3.
Pipet tetes
4.3.2
Bahan : 4.4.2
Bahan :
1.
Albumin telur 1. Albumin telur
2.
Larutan NaCL 5% 2. Asam Sulfosalisilat 5%
3.
Larutan BaCl 5% 3. Larutan HgCl 5%
4.
Larutan CaCl 5% 4. Larutan CuSO4 5%
5.
Larutan MgSO4 5% 5. Larutan Pb-asetat 5%
4.5
Kegiatan 5 : Uji Biuret 4.6
Kegiatan 6 : Uji Ninhidrin
4.5.1
Alat : 4.6.1
Alat :
1.
Tabung reaksi 1. Alat pemanas atau
2.
Pipet ukur penangas
air
3.
Pipet tetes 2. Pengatur waktu
3. Pipet ukur atau tetes
4.5.2
Bahan : 4.6.2
Bahan :
1.
Larutan albumin 2%, gelatin 2%, 1. Larutan albumin 2%,
dan kasein 0,5% gelatin,
kasein 0,5% , dan
2.
Larutan NaOH 10% pepton 0,5%
3.
Larutan CuSO4 5% 2. Pereaksi ninhidrin
dilarutkan
dalam aseton
4.7
Kegiatan 7 : Uji Xantoprotein
4.7.1
Alat :
1.
Alat pemanas
2.
Pipet ukur
3.
Pipet tetes
4.7.2
Bahan :
1.
Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein
0,5% dan tirosin 5%
2.
Larutan HNO3 pekat
3.
Larutan NaOH 10%
V. Langkah Kerja
5.1 Uji
Susunan Elementer Protein
5.1.1 Uji Adanya Unsur C, H, dan O
1. Memasukkan
1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin.
2. Menaruh
kaca obyek di atasnya, kemudian memanaskan.
3. Memperhatikan
adanya pengembunan pada gelas obyek, yang menunjukkan adanya hydrogen (H) dan
oksigen (O).
4. Mengambil
obyek, lalu mengamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti
protein mengandung unsure Nitrogen (N).
5. Apabila
terjadi pengarangan, berarti ada atom Karbon (C).
6. Mengulangi
percobaan menggunakan serbuk gelatin.
7. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.1.2 Uji
Adanya Atom N
1. Memasukkan
1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan
1 ml NaOH 10%, kemudian memanaskan.
3. Memperhtikan
bau ammonia yang terjadi dan menguji uapnya denga kertas lakmus merah yang
telah dibasahi aquades.
4. Terbentunya
bau ammonia menunjukkan adanya N.
5. Mengulangi
percobaan menggunakan serbuk gelatin.
6. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.1.3 Uji
Adanya Atom S
1. Memasukkan
1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan
1 ml NaOH 10%, kemudian memanaskan.
3. Menambahkan
4 tetes larutan Pb-asetat 5%.
4. Bila
lrutan menghitam, berarti PbS terbentuknya. Kemudian, menambahkan 4 tetes HCl
pekat dengan hati-hati.
5. Memperhatikan
bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.
6. Mengulangi
percobaan menggunakan serbuk gelatin.
7. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.2 Uji
Kelarutan Protein
1. Menyediakan
5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan: air suling, HCl 10%, NaOH 40%,
alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan
2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3. Mengocok
dengan kuat, kemudian mengamati sifat kelarutannya.
4. Mengulangi
percobaan menggunakan gelatin.
5. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.3 Uji
Pengendapan Protein Dengan Garam
1. Menyediakan
5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml albumin telur.
2. Pada
tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut tambahkan larutan NaCl 5%, BaCl2
5%, CaCl2 5%, dan MgSO4 5% setetes demi setetes sampai
timbul endapan.
3. Menambahkan
kembali larutan-larutan garam secara berlebihan.
4. Mengocok
tabung, kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
5. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.4 Uji Pengendapan
Protein dengan Logam dan Asam Organik
1. Menyediakan
5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan albumin
telur.
2. Menambhkan
berturut-turut pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 10 tetes larutan asam
trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2
5%, dan Pb-asetat 5%
3. Mengocok
setiap tabung dan mengamati perubahan yang terjadi.
4. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.5 Uji
Biuret
1. Menyediakan
3 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan: larutan albumin,
kasein, dan gelatin sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%.
3. Mencampur
dengan baik.
4. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
5. Memfoto
dan mencatat hasilnya
5.6 Uji Ninhidrin
1. Menyiapkan
4 tabung reaksi yang bersih,lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin,
gelatin, kasein, dan pepton sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
5 tetes pereaksi ninhidrin pada setiap tabung.
3. Memanaskan
di atas penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
4. Mengamati
perubahan warna yang terjadi
5. Mencatat
dan memfoto hasilnya.
5.7 Uji Xantoprotein
1. Menyediakan
4 tabung reaksi yang bersih dan masing-masing diisi dengan larutan albumin,
gelatin, kasein, dan tirosin sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
1 ml HNO3 pekat pada setiap tabung.
3. Memperhatikan
adanya endapan putih yang terbentuk.
4. Memanaskan
selama 1 menit dan mengamati terbentuknya warna kuning.
5. Mendinginkan
di bawah air kran.
6. Menambahkan
NaOH 10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
7. Memperhatikan
perubahan warna yang terjadi
8. Memfoto
dan mencatat hasilnya
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
Kegiatan
|
Gambar
|
Keterangan
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Uji
Susunan Elementer Protein
|
|
Pada
uji pengarangan dan pengembunan, larutan albumin dan gelatin menunjukkan
hasil positif (+).
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pada
uji uap albumin + NaOH dan gelatin + NaOH, kedua kertas lakmusnya menunjukkan
pH 14 (basa) .
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pada
uji adanya atom S albumin dan gelatin menunjukkan hasil positif (+).
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. Uji
Adanya Unsur C, H, dan O
B. Uji
Adanya Atom N
C. Uji
Adanya Atom S
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. Uji
Kelarutan Protein
|
|
Pada
tabung berisi air suling, NaOH 40%, dan alcohol 96% semuanya terlarut. Pada
tabung yang berisi HCl 10% menggumpal, sedangkan pada tabung yang berisi
kloroform terbentuk endapan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pada
tabung yang berisi air suling hasilnya terlarut. Sedangakan pada tabung yang
berisi HCl 10%, NaOH 40%, alcohol 96%, dan kloroform semunya tidak terlarut.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.Uji
Pengendapan Protein dengan Garam
|
|
Pada tabung berisi
NaCl 5% terdapat sedikit endapan (+1), tabung berisi BaCl2 5%
terdapat banyak endapan (+3), tabung berisi CaCl2 5% terdapat
sedikit endapan (+2), sedangkan tabung berisi MgSO4 5% terdapat
sedikit endapan (+1)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4.Uji
Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik
|
|
Pada tabung yang
berisi asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5% semuanya
terbentuk gumpalan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5.
|
|
Pada tabung yang
berisi albumin 2% menghasilkan warna ungu (+2), tabung yang berisi gelatin 2%
menghasilkan warna ungu pekat (+3), sedangkan tabung yang berisi kasein 0,5 %
menghasilkan warna ungu (+1).
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6. Uji
Ninhidrin
|
|
Pada tabung yang
berisi albumin 2% menghasilkan warna biru tua (+2), tabung berisi gelatin 2%
menghasilkan warna biru keunguan (+1), tabung berisi kasein 0,5% menghasilkan
warna ungu kebiruan dengan adanya endapan (+1), sedangkan tabung yang berisi
pepton 0,5% menghasilkan warna biru yang sangat pekat (+3).
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7.
|
|
Pada tabung yang
berisi albumin 2% terbentuk cincin jingga tebal dan larutannya keruh (+2),
tabung berisi gelatin 2% terbentuk cincin jingga tipis dan larutannya bening (+1),
tabung berisi kasein 0,5% terbentuk cincin jingga sangat tebal dan larutannya
sangat keruh (+3), sedangkan tabung berisi tirosin 5% terbentuk cincin jingga
tipis, larutannya agak keruh dan ada gumpalan putih (+1).
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
6.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum di atas
diperoleh pembahasan bahwa pada percobaan uji susunan elementer protein
digunakan larutan albumin dan gelatin yang dimasukkan dalam cawan porselin serta
di atasnya diletakkan gelas obyek. Setelah beberapa saat dipanaskan, terjadi pengembunan
pada kedua gelas obyek. Hal ini menandakan pada kedua zat yang diuji terdapat
unsur hidrogen dan oksigen, di mana jika kedua unsur ini bereaksi dan membentuk
ikatan karena pemanasan, maka akan membentuk unsur dalam bentuk gas. Sedangkan pada pengamatan bau
rambut terbakar untuk membuktikan adanya unsur nitrogen, keduanya positif
menghasilkan bau rambut terbakar. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam rumus
empiris kedua larutan sama-sama memiliki unsur nitrogen. Lalu pada uji
kandungan unsur karbon, terbukti pada kedua larutan positif mengandung karbon.
Hal ini, ditandai oleh adanya pada hasil pemanasan kedua larutan tersebut
menyisakan gumpalan hitam (arang). Pada
percobaan uji
adanya atom N, hasil yang di dapatkan adalah albumin dan gelatin sama-sama
memberikan hasil positif terhadap bau amoniak dan kertas lakmus merah, yang mengidentifikasikan adanya
atom N yaitu dengan berubahnya kertas lakmus merah menjadi biru menandakan pH
14. Dan pada percobaan uji adanya atom S, albumin yang ditambahkan NaOH lalu
dipanaskan kemudian ditambahkan PbAc dan HCl pekat memberikan sama-sama hasil positif
terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang, sedangkan pada gelatin
juga memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang.
Pada uji kelarutan protein dengan
munggunakan albumin diperoleh hasil bahwa pada tabung yang berisi air suling,
NaOH 40%, Alkohol 96%, setelah masing – masing diteteskan kedalam larutan
albumin dan dikocok didapatkan hasil yaitu tampak larut pada masing-masing
tabung. Sedangkan pada HCl 10% menggumpal dan pada tabung yang berisi kloroform
didapatkan hasil yaitu mengendap. Untuk hasil percobaan dengan menggunakan
gelatin, pada air suling didapatkan hasil bahwa setelah diteteskan di dalam
larutan gelatin hasilnya yaitu terlarut. Untuk HCl 10%, NaOH 40%, Alkohol 96%
dan kloroform didapatkan hasil yaitu tidak terlarut. Namun kedua percobaan
tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana seharusnya albumin dan gelatin
hanya tidak larut dalam kloroform. Karena albumin dan gelatin termasuk jenis
protein. Protein memiliki sifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut lemak
seperti kloroform atau eter (Hana, 2014). Ketidaksesuaian hasil praktikum
dengan teori yang ada mungkin bisa disebabkan karena pada saat melakukan
kegiatan praktikum terjadi kontaminasi antara bahan yang satu dengan yang lain
atau disebabkan oleh faktor lain
Pada praktikum uji pengendapan
protein dengan garam, didapatkan hasil bahwa albumin telur yang masing- masing
telah ditetesi dengan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5 %, MgSO4
5%, dan kemudian dikocok. Dari pengamatan tersebut , diperoleh hasil
bahwa albumin yang ditetesi dengan NaCl 5% membentuk sedikit endapan, BaCl2
5% membentuk banyak endapan, CaCl membentuk sedikit endapan,
MgSO4 5% membentuk sedikit endapan. Namun, berdasarkan teori yang
ada, albumin telur yang ditambahkan NaCl tidak membentuk endapan, BaCl2 membentuk
sedikit endapan, CaCl2 membentuk sedikit sekali endapan, dan MgSO4 membentuk
sedikit endapan, hal ini karena semakin besar berat molekul yang dimiliki oleh
suatu garam,maka endapan dan kecepatan reaktifitasnya akan semakin besar.
Banyaknya endapan yang diperoleh juga dapat disebabkan karena jumlah biloks
yang ada pada garam. Protein juga akan mengendap bila terdapat garam-garam
anorganik dengan konsentrasi yang tinggi di dalam larutan protein. Garam –
garam anorganik dapat mengendapkan protein. Penyebab perbedaan hasil yang
diperoleh adalah pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein
berbeda-beda, yang tergantung pada kosenterasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan
protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan
protein untuk mengikat air. Kemungkinan penyebab perbedaan hasil pada saat praktikum
dengan teori adalah kesalahan pada saat melakukan prosedur kerja, ataupun
factor lain yang dapat menyebabkan kesalahan tersebut.
Pada uji
pengendapan protein dengan logam dan asam organic, larutan asam sulfosalisilat,
CuSO4, HgCl2, dan Pb-asetat semuanya membentuk gumpalan.
Akan tetapi lama kelamaan akan terbentuk endapan. Dalam hal ini endapan disebabkan
karena protein mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam
berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+.
Berdasarkan teori yang ada, protein yang mengalami dentaurasi akan menurunkan
aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap
(Yazid, 2006). Begitu
pun dengan penambahan asam organic pada protein, akan menyebabkan terbentuknya
garam protein yang tidak larut sehingga akan membentuk endapan. Dimana endapan
ini masih bersifat protein, tetapi telah mengalami perubahan struktur, baik
struktur tersier maupun kwartenernya. Perubahan struktur tersier pada albumin tidak
dapat diubah kembali ke bentuk semula, hal ini dapat dilihat dari tidak
larutnya endapan albumin dalam air.
Pada uji biuret,
ketiga larutan yaitu albumin, gelatin, dan kasein menunjukkan hasil positif adanya molekul-molekul peptida dari
protein karena menghasilkan warna ungu (violet). Pada albumin, gelatin dan kasein memiliki
rumus bangun yang lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino
esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida. Akan tetapi, ketiga larutan tersebut memiliki kepekatan
warna yang berbeda-beda, semakin pekat warna ungu yang dihasilkan maka semakin
tinggi kadar polipeptidanya. Urutan kepekatan dari tinggi ke rendah ketiga
larutan tersebut adalah gelatin (+3), albumin (+2) dan kasein (+1).
Pada uji ninhidrin
menunjukkan hasil positif yaitu pada semua larutan sampel (albumin, gelatin, kasein
dan pepton) yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan. Perubahan
warna yang terjadi adalah warna biru keunguan dengan intesitas kepekatan warna
yang beragam. Pada larutan Albumin 2% terjadi perubahan warna menjadi biru tua
yang menunjukkan bahwa terdapatnya banyak asam α-amino bebas dengan pemberian
notasi +2 karena warna birunya yang pekat. Pada larutan Gelatin 2% terjadi
perubahan warna menjadi warna biru keunguan yang menunjukkan bahwa terdapatnya
sedikit asam α-amino bebas dengan pemberian notasi +1 karena kurangnya
kepekatan warna biru. Pada larutan Kasein 0,5% terjadi perubahan warna menjadi
ungu kebiruan yang menunjukkan bahwa terdapatnya sedikit asam α-amino bebas
dengan pemberian notasi +1 karena kurangnya kepekatan warna biru. Pada larutan
pepton 0,5% terjadi perubahan warna menjadi biru sangat tua yang menunjukkan
bahwa terdapatnya sangat banyak asam α-amino bebas dengan pemberian notasi +3
karena warna biru yang sangat pekat. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan
dasar teori bahwa jika ninhidrin bereaksi dengan larutan albumin, gelatin, dan
pepton akan menghasilkan warna biru yang berarti pada ketiga bahan tersebut
terdapat asam amino bebas. Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan dasar teori
ditemukan pada larutan kasein, kasein yang bereaksi dengan ninhidrin tidak akan
menghasilkan warna biru, hal ini disebabkan karena kasein tidak mengandung
sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tidak tepatnya konsentrasi bahan,
rusaknya zat penguji dan kurangnya ketelitian dalam pencampuran bahan ataupun
proses pemanasannya. Urutan kandungan asam α-amino pada protein dalam praktikum
ini dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah pepton, albumin, gelatin,
dan kasein.
Pada uji xantoprotein menunjukkan
hasil positif pada semua larutan sampel (albumin, gelatin, kasein dan tirosin)
yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna jingga di permukaan larutan. Ketebalan
dari cincin berwarna jingga yang terbentuk beragam. Pada larutan Albumin 2%
terbentuk cincin berwarna jingga yang tebal dan larutan yang berubah agak
keruh, menunjukkan bahwa terkandung banyak asam amino yang memiliki cincin
benzena (fenilalanin, triptofan dan tirosin) serta pemberian notasi +2 karena
cincin berwarna jingga yang terbentuk tebal. Pada larutan Gelatin 2% terbentuk
cincin berwarna jingga yang tipis dan larutan yang bening, menunjukkan bahwa
terkandung sedikit asam amino yang memiliki cincin benzena (fenilalanin,
triptofan dan tirosin) serta pemberian notasi +1 karena cincin berwarna jingga
yang terbentuk tipis. Pada larutan Kasein 0,5% terbentuk cincin berwarna jingga
yang sangat tebal dan larutan yang berubah sangat keruh, menunjukkan bahwa
terkandung sangat banyak asam amino yang memiliki cincin benzena (fenilalanin,
triptofan dan tirosin) serta pemberian notasi +3 karena cincin berwarna jingga
yang terbentuk sangat tebal. Pada larutan tirosin 0,5% terbentuk cincin
berwarna jingga yang tipis dan larutan yang berubah agak keruh dan terbentuk
gumpalan putih, menunjukkan bahwa terkandung sedikit asam amino yang memiliki
cincin benzena (fenilalanin, triptofan dan tirosin) serta pemberian notasi +1
karena cincin berwarna jingga yang terbentuk tipis. Hasil yang didapat sudah
sesuai dengan dasar teori bahwa jika dilakukan uji xantoprotein pada larutan
albumin, kasein, dan tirosin akan terbentuk cincin berwarna jingga pada
permukaan larutannya, yang berarti pada ketiga bahan tersebut mengandung asam
amino yang memiliki cincin benzena. Ketidaksesuaian antara
hasil pengamatan dan dasar teori ditemukan pada larutan gelatin, di mana seharusnya ketika
direaksikan menunjukkan hasil yang negatif, karena gelatin tidak punya ikatan
rangkap dua yang bisa beresonansi dalam cincin benzenanya. Ketidaksesuaian ini
kemungkinan terjadi karena kesalahan pada saat prosedur kerja diantaranya
konsentrasi bahan yang tidak sesuai dan melakukan pengocokan yang mana pada
prosedur kerja tidak seharusnya dilakukan. Urutan kandungan asam amino
dengan cincin benzena pada protein dalam praktikum ini dari yang terbesar
sampai yang terkecil adalah kasein, albumin, tirosin, dan gelatin.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa uji protein dapat dilakukan
dengan cara diantaranya uji susunan elementer protein, uji kelarutan protein, uji
pengendapan protein dengan garam, uji pengendapan protein dengan logam dan asam
organic, uji biuret, uji ninhidrin, dan uji xantoprotein. Pada uji susunan
elementer protein, albumin dan gelatin sama-sama tersusun atas unsure C, H,O, N
dan S. Pada uji kelarutan protein menunjukkan bahwa albumin dan gelatin larut
dalam air suling, HCl 10%, NaOH 40%, dan
Alkohol 96%. Namun albumin dan gelatin tidak dapat larut dalam
kloroform. Pada uji pengendapan protein dengan garam, semuanya menunjukkan
hasil positif yang ditandai dengan adanya endapan. Pada uji pengendapan protein
dengan logam dan asam organic semua larutan menggumpal, akan tetapi lama
kelamaan terbentuk endapan. Pada uji biuret semuanya positif dengan urutan
kepekatan dari tinggi ke rendah yaitu gelatin (+3), albumin (+2), dan kasein
(+1). Pada uji ninhidrin, urutan kandungan asam α-amino pada protein
dalam praktikum ini dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah pepton,
albumin, gelatin, dan kasein. Pada uji xantoprotein, urutan kandungan asam
amino dengan cincin benzena pada protein dalam praktikum ini dari yang terbesar
sampai yang terkecil adalah kasein, albumin, tirosin, dan gelatin.
VIII. Daftar Pustaka
Hana.
2014. Protein Laboratorium Biokimia. Dalam
hana-aaoo.blogspot.in/2014/03/protein-laboratorium-biokimia-2013.html?m=1.
Diakses pada 13 Oktober 2014.
Lehninger,
Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Erlangga
Yazid,Estien.
2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta:
ANDI
IX. Pertanyaan
Kegiatan 1. Uji Susunan
Elementer Protein
1. Pada percobaan, unsur apa yang
membedakan albumin dan gelatin?
Jawab:
Pada
percobaan uji adanya atom S.
2. Sebutkan jenis asam amino yang
mengandung unsur tersebut serta tuliskan struktur kimianya!
Jawab:
a.
Alanin
CH3
CH CO2H
NH2
b.
Sistein
CH2
CH CO2H
SH NH2
3. Tuliskan reaksi terbentuknya bau
khas belerang pada uji adanya atom S!
Jawab:
2H2S
(g) + SO2 (aq)
3S(s) + 2H2O(l)
Kegiatan
2. Uji Kelarutan Protein
1. Meskipun protein termasuk senyawa
organik, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform.
Mengapa?
Jawab:
Karena
protein memiliki rantai karbon yang panjang sehingga sifat asamnya semakin
berkurang karena semakin sulit melepas proton dan menyebabkan kelarutannya
semakin kecil. Protein memiliki kemampuan untuk menyerap lemak, oleh sebab itu
protein tidak dapat larut pada pelarut lemak.
Kegiatan 3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
1. Jelaskan mengapa dengan penambahan
garam berkonsentrasi tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga dapat
mengendap!
Jawab:
Karena
semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam
mengendapkan protein.
2. Pada percobaan, manakah garam yang
lebih efektif untuk mengedapkan protein? Jelaskan!
Jawab:
Garam
(NH4)2SO4, karena menghasilkan paling banyak
endapan. Garam (NH4)2SO4 memiliki berat
molekul dan nilai biloks yang paling besar dibandingkan garam yang lain
sehingga paling reaktif untuk mengendapkan protein.
3. Apa nama protein serum yang dapat
diendapkan dengan penambahan amonium sulfat jenuh?
Jawab:
Albumin
yang termasuk dalam protein globuler.
4. Apa fungsi protein tersebut dalam darah dan dimana disintesis?
Jawab:
Fungsi
protein dalam darah sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut
oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan antibodi untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit.
Kegiatan 4. Uji Pengendapan dengan
Logam dan Asam Organik
1. Apa yang dimaksud denaturasi irreversible
protein? Jelaskan!
Jawab:
Denaturasi
irreversible adalah perubahan atau modifikasi struktur molekul protein yang
tidak dapat diubah kembali.
2. Jelaskan mengapa susu atau putih
telur dapat digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam-logam berat
seperti Pb2+ atau Hg2+?
Jawab:
Karena susu atau putih telur
mengandung garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat yang baik
digunakan untuk mengendapkan protein.
3. Tuliskan struktur kimia asam
sulfosalisilat dan TCA!
Jawab:
Cl
TCA
= Cl C CO2H
Cl
Kegiatan 5. Uji Biuret
1. Sebutkan perbedaan antara
polipeptida dan protein!
Jawab:
Polipeptida merupakan monomer sedangkan
protein merupakan polimer.
2.
Pada
percobaan, manakah yang memberikan hasil negatif pada uji biuret? Mengapa?
Jawab:
Glisin, karena glisin merupakan asam
amino bebas yang tidak mempunyai satu atom karbon asimetris.
Kegiatan 6. Uji Ninhidrin
1. Jelaskan
yang dimaksud dengan asam amino bebas!
Jawab :
Asam amino bebas adalah asam
amino yang memiliki setidaknya satu gugus karboksil dan gugus amina yang tidak
terikat oleh molekul lain.
2.
Pada percobaan, manakah yang memberikan hasil
positif pada uji ninhidrin? Mengapa?
Jawab :
Yang memberikan hasil positif pada uji
ninhidrin adalah albumin, gelatin, kasein dan pepton. Gelatin adalah turunan
protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan.
Susunan asam aminonya tersusun utamanya oleh glisin yang menyusun 2/3 bagian,
sedangkan 1/3 bagian asam amino sisanya diisi oleh prolin dan
hidroksiprolin, asam-asam amino saling terikat melalui ikatan peptida membentuk
gelatin. Gelatin memberikan hasil positif jika diuji dengan ninhidrin karena
memiliki asam α-amino bebas ataupun yang terikat melalui ikatan peptida. Albumin adalah istilah untuk merujuk
ke segala jenis protein monomer yang
larut dalam air dan larutan garam, serta mengalami koagulasi saat
terpapar panas. Albumin memberikan hasil positif jika diuji dengan ninhidrin
karena termasuk protein lengkap yang dibangun oleh sejumlah asam amino esensial
maupun non esensial yang memiliki asam α-amino bebas. Kasein merupakan golongan
protein yang komposisinya mencapai 80% dari komposisi keseluruhan protein susu.
Protein kasein memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik yang
bervariasi. Kasein yang bereaksi dengan ninhidrin tidak akan menghasilkan warna
biru, karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan
amino yang terbuka. Pada praktikum ditemukan hasil yang kurang sesuai yang
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pada prosedur kerja. Pepton merupakan
hasil hidrolisis protein oleh air yang dikatalis oleh enzim protease. Pepton
menunjukkan hasil positif pada uji ninhidrin karena memiliki asam α-amino
bebas.
3.
Apakah reaksi ninhidrin dapat digunakan untuk
menentukan asam amino secara kuantitatif? Jelaskan!
Jawab:
Konsentrasi asam
amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas
warna biru yang terbentuk. Semakin pekat warna birunya, semakin banyak
ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, sehingga semakin banyak pula asam
α-amino bebas yang terkandung. Pada reaksi ini, juga dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga
konsentrasi asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur
jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan.
4.
Tuliskan struktur kimia asam amino prolin dan
hidroksiprolin?
Kegiatan 7. Uji Xantroprotein
1. Pada
percobaan, manakah yang memberikan hasil positif terhadap uji xantoprotein?
Mengapa?
Jawab: Bahan uji yang memberikan hasil positif
adalah albumin, gelatin, kasein dan tirosin, karena keempat bahan uji tersebut
mengandung asam amino yang memiliki cincin benzena.
2. Tuliskan
struktur kimia asam amino fenilalanin dan triptofan?
Jawab:
Struktur kimia asam amino
fenilalanin: Struktur kimia
asam amino triptofan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar