I. Judul : Uji Pengenalan Karbohidrat
II.
Tujuan
:
Kegiatan
1 : Membuktikan adanya karbohidrat
secara kualitatif.
Kegiatan
2 : Membuktikan adanya polisakarida
(amilum, glikogen, dan dekstrin).
Kegiatan
3 : Membuktikan adanya gula reduksi.
Kegiatan
4 : Membuktikan adanya gula reduksi
dalam beberapa larutan menggunakan
larutan fehling A dan
B.
Kegiatan
5 : Membuktikan adanya gula reduksi
dalam beberapa larutan menggunakan
larutan fehling A dan B
dengan menggunakan bahan alam.
Kegiatan
6 : Membuktikan adanya gula reduksi
dengan menggunakan bahan alam.
Kegiatan
7 : Membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan dekstrin) dengan
menggunakan bahan alam.
III. Landasan Teori
Karbohidrat merupakan senyawa karbon
yang banyak dijumpai di alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan
tumbuh-tumbuhan. Nama lain karbohidrat adalah sakarida. Karbohidrat merupakan
bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan di samping
lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau
energi yang disimpan dalam sel. Sebagian karbohidrat yang ditemukan di alam
terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa
polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpan bagi monosakarida, sedangkan
yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat.
Dari rumus umum karbohidrat, dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu
polimer yang tersusun atas monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang
menyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Monosakarida: karbohidrat paling
sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida
yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
2. Oligosakarida: karbohidrat yang
tersusun dari dua sampai sepuluh satuan monosakarida. Oligosakarida yang umum
adalah disakarida yang terdiri atas dua satuan monosakarida dan dapat
dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh: sukrosa, maltose, dan laktosa.
3. Polisakarida: karbohidrat yang
tersusun lebih dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau
bercabang. Hodrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan
dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum,
glikogen, dekstrin, dan sellulosa.
Pada umumnya, karbohidrat berupa
serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi
mudah larut dalam air. Kecuali, polisakarida bersifat tidak larut dalam air.
Amilum dengan air dingin akan
membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasata
dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi
amilum akan memberikan warna biru dengan larutan iodium. Hal ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya amilum dalam suatu bahan. Hidrolisis
sempurna amilum oleh asam atau enzim akan menghasilkan glukosa.
Glikogen mempunyai struktur empiris
yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen
menghasilkan pula glukosa karena, baik amilum maupun glikogen, tersusun dari
sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air akan membentuk koloid dan
memberikan warna merah dengan larutan iodium.
Semua jenis karbohidrat, baik
monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan berwarna merah-ungu bila
larutannya dicampur beberapa tetes larutan α-naftol dalam alkohol dan ditambahkan
asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang
batas antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif
adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan uji molisch.
Monosakarida dan disakarida memiliki
rasa manis, sehingga sering disebit gula. Rasa manis dari gula disebabkan oleh
gugus hidroksilnya. Kebanyakan monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa
dalah gula pereduksi. Sifat mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida
atau keton bebas dalam molekulnya. Larutan gula bereaksi positif dengan
pereaksi fehling, pereaksi tollens, maupun pereaksi benedict. Sebaliknya,
kebanyakan polisakarida adalah gula nonpereduksi. (Yazid, 2006)
Uji molisch adalah uji kimia
kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch dinamai sesuai
penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Uji ini
didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin
furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin
ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji
dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol.
Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai
bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan.
H2SO4
pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis
ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian
bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang berwarna
ungu.
Pada uji Iodium, kondensasi Iodium dengan
karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Amilum
dengan Iodium dapat
membentuk kompleks biru, sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah. Setelah tabung diuji Iodium, warna
yang muncul berturut-turut adalah biru pekat (hitam), coklat kemerahan, merah
hati, merah, orange dan akhirnya warna serupa dengan warna Iodium. Warna-warna
tersebut merupakan indikasi bahwa terjadi proses hidrolisis sempurna amilum
menjadi glukosa. Hal ini ditunjukkan dengan uji Iodium negatif, karena glukosa
jika diuji dengan pereaksi Iodium akan memberikan hasil negatif.
Uji benedict adalah uji kimia untuk
mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi yaitu monosakarida dan
disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau
Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).
selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif
dengan pereaksi Tollens. Gula pereduksi dengan larutan benedict (campuran garam
kupri sulfat, natrium sulfat, natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi
oksidasi dan dihasilkan endapan warna merah dari kupro oksida. Endapan yang
terbentuk warnanya tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan
bereaksi dengan gugus aldehid kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha
hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi,
namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif
dengan pereaksi benedict. Pereaksi benedict berupa larutan yang
mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat peraksi benedict bersifat asam lemah.
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat). Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :
Pemanasan
dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya
dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O
(endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat. Pereaksi Fehling dapat direduksi oleh selain karbohidrat
yang mempunyai sifat pereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B adalah
larutan garam KNa tatrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan
terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu
karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+
yang dalam suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B
berfungsi mencegah Cu2+ mengendap dalam suasana.
IV. Alat dan Bahan
Kegiatan
1: Uji Molisch
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Bunsen
-
Korek api
-
Kertas label
Bahan:
-
Larutan Amilum 1%
-
Larutan Glukosa 1%
-
Larutan Dekstrosa 1%
-
Larutan Sukrosa 1 %
-
Larutan Laktosa 1%
-
Larutan Maltosa 1%
-
Larutan Levulosa 1%
-
Pereaksi Molisch
-
H2SO4 pekat
Kegiatan
2: Uji Iodium
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Kertas label
Bahan:
-
Larutan Amilum 1%
-
Larutan Glukosa 1%
-
Larutan Dekstrosa 1%
-
Larutan Sukrosa 1 %
-
Larutan Laktosa 1%
-
Larutan Maltosa 1%
-
Larutan Levulosa 1%
-
Larutan Iodium
Kegiatan 3 : Uji Benedict
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Bunsen
-
Korek api
-
Kertas label
Bahan:
-
Larutan Amilum 1%
-
Larutan Glukosa 1%
-
Larutan Dekstrosa 1%
-
Larutan Sukrosa 1 %
-
Larutan Laktosa 1%
-
Larutan Maltosa 1%
-
Larutan Levulosa 1%
-
Pereaksi Benedict
Kegiatan
4 : Uji Fehling
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Bunsen
-
Korek api
-
Kertas label
Bahan
:
-
Larutan Fehling A
-
Larutan Fehling B
-
Larutan Amilum 1%
-
Larutan Glukosa 1%
-
Larutan Dekstrosa 1%
-
Larutan Sukrosa 1 %
-
Larutan Laktosa 1%
-
Larutan Maltosa 1%
-
Larutan Levulosa 1%
Kegiatan
5: Uji Fehling dengan menggunakan bahan alam
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Gelas beker
-
Bunsen
-
Korek api
-
Pengaduk
-
Kertas label
Bahan :
-
Larutan Fehling A
-
Larutan Fehling B
-
Gula pasir
-
Madu
-
Biscuit
-
Nasi
-
Aquades
Kegiatan 6: Uji Benedict dengan
menggunakan bahan alam
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Gelas beker
-
Bunsen
-
Korek api
-
Pengaduk
-
Kertas label
Bahan :
-
Pereaksi Benedict
-
Gula pasir
-
Madu
-
Biscuit
-
Nasi
-
Aquades
Kegiatan
7 : Uji Iodium dengan menggunakan bahan alam
Alat:
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Penjepit
-
Gelas beker
-
Pengaduk
-
Kertas label
Bahan
:
-
Larutan Iodium
-
Madu
-
Jagung
-
Susu
V.
Prosedur
Kerja:
Kegiatan
1 : Uji Molisch
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji molisch tersebut.
3. Menetesi
masing-masing tabung reaksi dengan pereaksi molisch kira-kira 3 tetes .
4. Mengocok
masing-masing tabung secara perlahan sampai masing-masing larutan tercampur
merata.
5. Mencatat
dan mengamati perubahan warna sebelum ditetesi H2SO4.
6. Memfoto
semua tabung.
7. Menetesi
masing-masing tabung menggunakan larutan H2SO4.
8. Mengocok
masing-masing tabung secara perlahan.
9. Mengamati
perubahan warna yang terjadi, kemudian mencatat dan memfoto hasilnya.
Kegiatan
2 : Uji Iodium
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji Iodium tersebut.
3. Menetesi
masing-masing tabung reaksi dengan larutan Iodium kira-kira 4 tetes.
4. Mencatat
dan mengamati perubahan warna sebelum dikocok.
5. Memfoto
ke semua tabung.
6. Mengocok
masing-masing tabung secara perlahan sampai masing-masing larutan tercampur
merata.
7. Mengamati
perubahan warna yang terjadi setelah dikocok.
8. Mencatat
dan memfoto hasilnya.
Kegiatan
3 : Uji Benedict
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan bahan
yang akan digunakan dalam uji benedict tersebut.
3. Menetesi
masing-masing tabung reaksi dengan pereaksi benedict kira-kira 5 tetes .
4. Mengocok
masing-masing tabung reaksi sampai masing-masing larutan tercampur merata.
5. Mengamati
perubahan warna yang terjadi sebelum dibakar.
6. Memfoto
semua tabung.
7. Menyalakan
lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
8. Membakar
ujung masing – masing tabung reaksi diatas lampu bunsen sampai larutan berubah
warna.
9.
Mengamati perubahan warna yang terjadi,
kemudian mencatat dan memfoto hasilnya.
Kegiatan 4 : Uji Fehling
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji Fehling tersebut.
3. Menetesi
masing-masing tabung reaksi yang berisi bahan yang telah dilarutkan dengan
Fehling A kurang lebih 4 tetes menggunakan pipet tetes.
4. Mengocok
masing-masing tabung secara perlahan sampai tercampur merata.
5. Menetesi
masing-masing tabung reaksi dengan Fehling B kira-kira 4 tetes yang sebelumnya
sudah ditetesi fehling A.
6. Mengocok
kembali sampai masing-masing larutan tercampur merata.
7. Memfoto
keempat tabung yang sudah ditetesi fehling A dan B
8. Mencatat
dan mengamati perubahan warna sebelum dibakar.
9. Memfoto
kembali semua tabung.
10. Menyalakan
lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
11. Membakar
ujung masing – masing tabung reaksi diatas lampu bunsen sampai larutan berubah
warna.
12. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
13. Mencatat
dan memfoto hasilnya.
Kegiatan
5: uji fehling dengan menggunakan bahan alam
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji Fehling bahan alam tersebut.
3. Menumbuk
dan melarutkan bahan yang akan di uji dengan aquades di dalam gelas beker.
4. Memasukkan
bahan yang telah dilarutkan dengan aquades tadi ke dalam tabung reaksi
5. Menetesi
masing-masing tabung reaksi yang berisi bahan yang telah dilarutkan dengan
Fehling A kurang lebih 4 tetes menggunakan pipet tetes.
6. Mengocok
masing-masing tabung secara perlahan sampai tercampur merata.
7. Menetesi
masing-masing tabung reaksi dengan Fehling B kira-kira 4 tetes yang sebelumnya
sudah ditetesi fehling A.
8. Mengocok
kembali sampai masing-masing larutan tercampur merata.
9. Memfoto
keempat tabung yang sudah ditetesi fehling A dan B
10. Mencatat
dan mengamati perubahan warna sebelum dibakar.
11. Memfoto
kembali semua tabung.
12. Menyalakan
lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
13. Membakar
ujung masing – masing tabung reaksi diatas lampu bunsen sampai larutan berubah
warna.
14. Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
15.
Mencatat dan memfoto hasilnya.
Kegiatan 6 : Uji benedict Bahan
Alam
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji benedict bahan alam tersebut.
3. Menumbuk
dan melarutkan bahan yang akan di uji dengan aquades di dalam gelas beker.
4. Memasukkan
bahan yang telah dilarutkan dengan aquades tadi ke dalam tabung reaksi.
5. Menetesi
masing-masing tabung menggunakan larutan benedict kira-kira 4 tetes.
6. Mengocok
masing-masing tabung reaksi secara perlahan sampai semuanya tercampur.
7. Memfoto,
mengamati dan mencatat perubahan warna sebelum dibakar.
8. Menyalakan
lampu Bunsen dengan menggunakan korek api.
9. Membakar
ujung masing – masing tabung reaksi diatas lampu bunsen sampai larutan berubah
warna.
10. Mengamati
perubahan warna yang terjadi
11.
Mencatat dan memfoto hasilnya.
Kegiatan 7 : Uji Iodium Bahan Alam
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum.
2. Memberi
label pada masing-masing tabung reaksi menggunakan kertas label, sesuai dengan
bahan yang akan digunakan dalam uji Iodium bahan alam tersebut.
3. Menumbuk
dan melarutkan bahan yang akan di uji dengan aquades di dalam gelas beker.
4. Memasukkan
bahan yang telah dilarutkan dengan aquades tadi ke dalam tabung reaksi.
5. Menetesi
masing-masing tabung menggunakan larutan iodium kira-kira 4 tetes.
6. Mengamati
perubahan warna yang terjadi sebelum dikocok
7. Mengocok
masing-masing tabung reaksi secara perlahan sampai semuanya tercampur rata.
8. Mengamati
perubahan warna yang terjadi setelah dikocok.
9. Mencatat
dan memfoto hasilnya.
VI. Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Kegiatan
|
Gambar
|
Keterangan
|
||||
1. Uji
molisch
|
|
·
Gambar disamping merupakan
larutan yang sudah ditetesi pereaksi molisch namun belum ditetesi H2SO4.
Larutan-larutan tersebut berwarna merah muda.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi amilum, laktosa,
dan dekstrosa menunjukkan hasil negatif (-) karena setelah ditetesi H2SO4
tidak terbentuk cincin berwarna ungu.
·
Pada tabung yang berisi sukrosa,
maltose, levulosa, dan glukosa menunjukkan hasil positif (+) karena setelah
ditetesi H2SO4 terbentuk cincin berwarna ungu.
|
|||||
2. Uji
iodin
|
|
·
Sebelum ditetesi iodium larutan
amilum berwarna keruh, sedangkan yang lainnya bening.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi amilum
menunjukkan hasil positif (+) karena
berwarna biru
·
Pada tabung yang berisi maltose,
sukrosa, dekstrosa, levulosa, laktosa dan glukosa menunjukkan hasil negatif
(-) karena berwarna merah bata.
|
|||||
3. Uji
benedict
|
|
·
Sebelum dipanaskan,
larutan-larutan yang sudah ditetesi benedict tersebut berwarna biru.
|
||||
|
|
·
Pada tabung yang berisi sukrosa
dan amilum menunjukkan hasil negatif (-) karena berwarna biru.
·
Pada tabung yang berisi maltose,
dekstrosa, levulosa, laktosa, dan glukosa menunjukkan hasil positif (+)
karena berwarna merah bata.
|
||||
4. Uji
fehling
|
|
·
Sebelum dipanaskan,
larutan-larutan yang sudah ditetesi fehling A dan B berwarna biru.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi amilum
menunjukkan hasil negatif (-) karena berwarna biru.
·
Pada tabung yang berisi glukosa,
laktosa, levulosa, maltose, dekstrosa, sukrosa menunjukkan hasil positif (+)
karena berwarna merah bata.
|
|||||
5. Uji
fehling dengan menggunakan bahan alam
|
|
·
Sebelum dipanaskan,
larutan-larutan yang sudah ditetesi fehling A dan B, larutan nasi berwarna
ungu, larutan madu dan gula pasir berwarna hijau, sedangkan biscuit berwarna
abu-abu.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi larutan
nasi menunjukkan hasil negatif (-) karena berwarna ungu.
·
Pada tabung yang berisi biscuit,
madu dan gula pasir menunjukkan hasil positif (+) karena berwarna orange.
|
|||||
6. Uji
benedict dengan menggunakan bahan alam
|
|
·
Sebelum dipanaskan, larutan nasi
berwarna putih, larutan biscuit berwarna putih keruh, larutan gula pasir
bening, dan larutan madu berwarna coklat bening.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi madu,
nasi, biscuit, dan gula pasir semuanya menunjukkan hasil positif (+) karena
berwarna orange.
|
|||||
7. Uji
iodium dengan menggunakan bahan alam
|
|
·
Sebelum dikocok, larutan madu
berwarna kuning kecoklatan pada bagian dasar, sedangkan pada bagian atas
berwarna coklat kemerahan. Pada larutan jagung berwarna hitam. Sedangkan pada
larutan susu berwarna putih kekuningan.
|
||||
|
·
Pada tabung yang berisi larutan
jagung dan madu menunjukkan hasil positif (+) karena larutan jagung berwarna
hitam dan madu berwarna merah kecoklatan.
·
Pada tabung yang berisi susu
menunjukkan hasil negatif (-) karena berwarna putih agak kuning.
|
B.
Pembahasan
Dari pengamatan diatas, diperoleh pembahasan bahwa,
pada uji molisch semua larutan (sukrosa, maltosa, levulosa, glukosa, amilum,
laktosa, dan dekstrosa) menunjukkan hasil positif (+). Reaksi positif ini
ditunjukkan dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua
lapisan. Cincin berwarna ungu tersebut merupakan kondensasi antara
furfural atau hidroksi metil-furfural dengan α naftol dalam pereaksi molisch. Pada
saat penambahan H2SO4, tabung yang berisi glukosa,
sukrosa, maltosa, dan levulosa terbentuk cincin ungu dengan cepat. Sedangkan
pada tabung yang berisi amilum, dekstrosa, dan laktosa, cincin terbentuk dengan
lambat.
Pada uji iodium, yang menunjukkan hasil positif (+)
adalah amilum. Hal ini dikarenakan setelah ditetesi iodium larutan amilum
berubah warna menjadi biru. Amilum ini merupakan salah satu contoh dari
polisakarida sehingga warna biru yang dihasilkannya ini menandakaan bahwa pada amilum terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi
tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan amilum dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang masuk kedalam spiralnya. Amilum terdiri dari banyak
monomer glukosa. Sedangkan pada maltose, sukrosa,
dekstrosa, levulosa, laktosa dan glukosa menunjukkan hasil negatif (-). Hal ini
dikarenakan setelah ditetesi iodium larutan maltose, sukrosa, dekstrosa,
levulosa, laktosa dan glukosa berubah warna menjadi orange dan merah bata. Hal
ini menunjukkan bahwa larutan maltose, sukrosa, dekstrosa, levulosa, laktosa
dan glukosa tidak termasuk dalam golongan polisakarida.
Pada uji benedict, yang menunjukkan hasil positif
(+), yaitu maltose, dekstrosa, levulosa, laktosa, dan glukosa. Larutan-larutan
tersebut mengalami perubahan warna menjadi merah bata setelah ditetesi benedict
dan dipanaskan. Perubahan warna ini menunjukkan adanya gula pereduksi. Semakin
tinggi kandungan gula pereduksi dalam larutan maka semakin pekat pula warna orange
yang dihasilkan bahkan akan ditemukan adanya endapan merah bata. Sedangkan
hasil negatifnya (-) yaitu pada amilum dan sukrosa karena tidak menunjukkan
adanya perubahan warna. Tidak adanya perubahan warna karena amilum dan sukrosa
tidak mempunyai gugus aldehida atau keton bebas dan bukan merupakan gula
pereduksi.
Pada Uji fehling, menunjukkan hasil positif apabila
larutan sampel yang ditambahkan pereaksi fehling (A dan B) kemudian dipanaskan akan
menunjukkan perubahan warna orange atau bahkan merah bata. Hal ini menandakan
bahwa larutan sample tersebut merupakan gula pereduksi dan mengandung gugus
aldehid atau keton bebas. Dari 7 sample yang di uji, 6 larutan sample yang
menunjukkan perubahan warna orange atau merah bata adalah glukosa, laktosa,
levulosa, maltosa, dekstrosa, dan sukrosa, hal ini disebabkan karena fehling
yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasana basa akan diendapkan menjadi endapan warna merah bata (Cu2O).
Sedangkan amilum menunjukkan perubahan warna biru, hal ini disebabkan karena
amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan fehling.
Amilum bukan gula perduksi yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas,
sehingga tidak terjadi oksidasi amilum dan larutan fehling, yang menyebabkan
larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan.
Pada uji Fehling dengan menggunakan bahan alam
menunjukkan hasil positif pada larutan biskuit karena ditemukan perubahan warna
larutan menjadi orange dengan adanya endapan merah bata. Hasil positif juga
ditemukan pada larutan madu dan gula pasir karena ditemukan perubahan warna
larutan menjadi orange tanpa adanya endapan merah bata. Sedangkan yang menunjukkan
hasil negatif yaitu larutan nasi karena warnanya tidak berubah setelah direaksikan
yaitu tetap ungu. Biskuit, madu dan gula pasir mengandung golongan karbohidrat
yang termasuk gula pereduksi yang memiliki gugus fungsi aldehid dan keton bebas
pada strukturnya sehingga menunjukkan hasil positif, sedangkan nasi mengandung
polisakarida dan tidak memiliki gugus fungsi aldehid dan keton bebas pada
strukturnya sehingga menunjukkan hasil negatif.
Pada uji benedict dengan menggunakan bahan alam, semua
larutan (nasi, madu, biskuit, dan gula pasir) menunjukkan hasil yang positif
(+). Setelah ditetesi benedict, terjadi perubahan warna dari biru ke orange dan
adanya endapan merah bata. Perubahan warna ini menunjukkan bahwa dari semua
bahan yang dipakai (nasi, madu, biskuit, dan gula pasir) mengandung gula
pereduksi, dimana larutan dari bahan-bahan tersebut mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah
bata. Semakin
tinggi kadar pereduksinya maka semakin pekat pula warna yang dihasilkannya.
Akan tetapi, pada larutan nasi perubahan warnanya tidak terlalu pekat, hal ini
dikarenakan kadar pereduksi pada nasi tersebut rendah.
Pada uji
iodium dengan menggunakan bahan alam yaitu jagung, madu dan susu menunjukkan
hasil bahwa, jagung dan madu menghasilkan reaksi positif.
Jagung diketahui mengandung polisakarida. Madu murni diketahui mengandung
fruktosa dan glukosa, dimana pada uji iodium menunjukkan negative. Akan tetapi
pada pengamatan yang kami lakukan, madu menghasilkan reaksi positif karena madu
yang digunakan mengandung banyak dekstrin. Kandungan karbohidrat pada susu
berupa laktosa, dimana laktosa ini merupakan disakarida. Sehingga pada uji
iodium menunjukkan hasil negative.
VII. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, uji karbohidrat dapat dilakukan
dengan cara, diantaranya: uji molisch, iodium, benedict, dan fehling. Hasil
positif pada uji molisch ditunjukkan dengan terbentuknya cincin berwarna ungu
pada batas antara lapisan sampel dan H2SO4. Pada uji
iodium, hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Sedangkan
pada uji benedict dan fehling, hasil positif ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna menjadi orange dan adanya endapan merah bata.
VIII. Daftar Pustaka
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI
Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Organiksmakma.
2013. Uji Pada Karbohidrat. Dalam http://organiksmakma3c13.blogspot.com/2013/03/uji-pada-karbohidrat.html
IX.
Pertanyaan
Pertanyaan Kegiatan I
1. Sebutkan
jenis uji lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan adanya
karbohidrat !
2. Tuliskan
prosedurnya secara singkat !
3. Sebutkan
bahan alam yang mengandung senyawa furfural dan HMF !
Jawaban
:
1. Jenis
uji lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan adanya karbohidrat
adalah Fehling A dan B
2. Langkah
kerja
·
Memasukkan
bahan makanan masing-masing pada tabung reaksi, tambahkan sedikit air.
·
Menandai
sesuai dengan tempat bahan makanan.
·
Menetesi
masing-masing bahan makanan dengan Fehling A dan Fehling B sebanyak 3 tetes.
·
Menggunakan
penjepit tabung reaksi, masing-masing
tabung dipanaskan di atas pembakar spiritus sampai mendidih kemudian dinginkan.
·
Mengamati
perubahan yang terjadi dalam tabung.
·
Jika
bahan berubah warna menjadi warna merah
bata, menunjukkan bahan tersebut mengandung gula pereduksi.
3. bahan
alam yang mengandung senyawa furfural dan HMF yaitu jagung, singkong, dan ubi.
Pertanyaan Kegiatan 2
Sebutkan
masing-masing dua persamaan dan perbedaan antara amilum dan glikogen
Jawaban
:
Persamaan
amilum dan glikogen
·
Sama-sama
dari golongan karbohidrat polisakarida
·
Sama-sama
mengandung ikatan glukosa 1,4-α-glioksida
Perbedaan
amilum dan glikogen
·
Amilum
banyak tersimpan pada tumbuhan, sedankan glikogen banyak tersimpan pada hewan
·
Butir
pati pada amilum tidak larut dalam air, sedangkan glikogen larut dalam air.
Pertanyaan Kegiatan 3
1. Pada
percobaan ini, manakah yang menunjukkan hasil negative terhadap uji Benedict ? Mengapa ?
2. Sebutkan
jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya gula reduksi !
3. Tuliskan
cara kerjanya secara singkat !
4. Sebutkan
kelebihan menggunakan uji Benedict dibandingkan terhadap uji tersebut !
Jawaban
:
1. Pada
percobaan ini, hasil , yang menunjukkan negative
terhadap uji Benedict adalah Sukrosa dan amilum, karena sukrosa dan amilum
tidak mengandung gugus aldehida atau keton bebas, sehingga ketika direaksikan
dengan pereaksi benedict tidak terbentuk endapan merah bata.
2. Jenis uji lain yang dapat digunakan untuk
membuktikan adanya gula reduksi adalah Uji fehling (A dan B)
3. Langkah
kerja
·
Pereaksi bersama dengan larutan uji
dimasukkan ke dalam tabung
·
panaskan diatas api kecil sampai
mendidih, kemudian didinginkan perlahan-lahan
·
perhatikan endapan yang terbentuk
·
Gula reduksi bereaksi dengan pereaksi
fehling menghasilkan endapan merah bata.
4. Kelebihan
menggunakan uji Benedict dibandingkan uji fehling (A dan B)
Pereaksi
Benedict bereaksi positif dengan senyawa yang mempunyai gugus alfa-hidroksi
aldehida (seperti pada aldosa) atau alfa-hidroksi keton (seperti pada ketosa),
tetapi tidak dengan aldehida atau keton sederhana. Di lain pihak, pereaksi
Fehling dan Tollens bereaksi positif dengan gula aldosa dan ketosa, maupun
dengan aldehida sederhana. Pereaksi Benedict digunakan untuk mengukur kadar
gula dalam darah atau dalam urine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar